02 Februari 2012

Pange Lingua - Bartolucci

Tidak bisa dipungkiri, salah satu momen paling menggetarkan dalam Liturgi Pekan Suci adalah saat pemindahan Sakramen Mahakudus setelah Misa Kamis Putih. Bagian ini, biasanya diiringi dengan nyanyian Mari Kita Memadahkan (PS 501) atau Pange Lingua (PS 502) dimana setelah setiap bait seluruh umat berlutut sebagai ungkapan penyembahan.

Syair ini dibuat oleh St. Thomas Aquinas khusus untuk Pesta Corpus Christi atau Tubuh dan Darah Kristus, dan sekarang memang biasa dinyanyikan untuk mengiringi pemindahan Sakramen Mahakudus. Bait 5 dan 6 juga dipakai untuk mengiringi adorasi Ekaristi.

Biasanya lagu ini dinyanyikan sesuai aslinya, dalam bentuk gregorian. Tapi juga ada bentuk lain. Perlu diketahui bahwa salah satu cara menyanyikan nyanyian berbait dalam musik liturgi adalah dengan cara bergantian antara koor/solis dengan umat, misalnya bait ganjil oleh koor dan bait genap oleh umat, atau sebaliknya. Menilik cara ini, bagian koor pun juga dapat dimodifikasi sedemikian rupa, tidak lagi bentuk gregorian, melainkan bentuk paduan suara entah homofon atau polifon.

Bentuk seperti inilah yang digubah oleh Kardinal Bartolucci pada lagu Pange Lingua (klik untuk menuju halaman download teks). Bait ganjil dinyanyikan oleh koor dengan komposisi empat suara homofon, dan bait genap dinyanyikan oleh umat dengan melodi gregorian seperti biasanya. Lagu ini pertama kali saya ketahui saat mengiringi konser Cappella Victoria Jakarta dalam konsernya tahun lalu.

Komposisi ini tentu saja dapat anda nyanyikan di gereja anda saat Kamis Putih, tentu dengan persetujuan Romo yang memimpin perayaan. Kalau perlu video berikut ini bisa diberikan ke Romo / Seksi Liturgi Paroki sebagai referensi.

Silahkan disimak di video berikut:

01 Februari 2012

Mengetik Teks Lagu dengan Notasi Angka

Berhubung ada banyak pertanyaan tentang bagaimana mengetik teks notasi angka, saya bagikan caranya.

Teks yang saya ketik selama ini menggunakan MS Word. Ada juga penulis lain yang menggunakan Excel, tapi saya lebih cocok dengan word. Yang jelas, baik dengan Word ataupun Excel menggunakan font khusus (Walaupun ada juga yang tidak pakai font khusus, hanya jadinya lebih ribet). Selama ini saya pakai font notangka2.ttf buatan Joas Adiprasetya yang bisa anda dapatkan di sini. Jenis font lainnya yang penggunaannya mirip adalah buatan Henri Yulianto yang bisa anda dapatkan di sini. Keunggulan font ini adalah bisa membuat titik di atas dan di bawah angka, juga memberi tanda silang untuk kres atau mol.

Selain itu ada juga pengetikan notasi yang sudah dipakai KWI sejak lama, memanfaatkan sistem yang ada di Word tanpa font khusus. Terus terang saya belum menguasainya.

Bila anda ingin mulai belajar, mulailah terlebih dahulu dengan nyanyian unison dulu sebelum beranjak ke homofon atau polifon.

Nah sekarang mulai masuk ke pengetikannya....

Dulu, saya lebih banyak menggunakan spacebar untuk memberi jarak antar not, dan kadang-kadang memakai tabs. Akibatnya ketikan menjadi tidak rapi bila komposisinya kompleks, seperti misalnya nyanyian polifoni. Bila mengetik komposisi homofon (seperti kebanyakan aransemen Puji Syukur), bisa dibuat rapi.

Contoh aransemen sederhana dua suara bisa anda download di sini. Pastikan anda sudah install font notangka2 yang saya pakai. Teks ini sama sekali tidak memakai tabs karena posisi sejajar antara suara satu dan dua. Contoh lain aransemen empat suara, dengan sedikit tabs, karena masih homofon sekali bisa anda download di sini. Satu lagi contoh yang sedikit lebih ribet adalah teks Jiwa Kristus ini, arahkan kursor pada baris terakhir, anda akan melihat beberapa tab di situ untuk meratakan antara suara yang satu dengan yang lainnya.

Kalau anda sudah bisa melihat sedikit keribetannya untuk membuat teks dengan rapi, anda bisa juga lihat contoh teks Crucifixus ini: nyanyian polifoni delapan suara!

Itu cara yang lama, dengan banyak sekali spacebar.......

Beberapa minggu lalu saya ingat pernah mengedit teks lagu kiriman dari KWI (sebenarnya teks lagu yang saya buat yang dikirim balik untuk direvisi hehehe), dan menyadari bahwa cara yang saya pakai di atas itu tidak efektif. Singkat kata, KWI juga memakai tabs namun tidak memakai spacebar kecuali untuk penulisan syair.

Kira-kira begini. Sebelum mulai menginput notasi, dibuat dulu tab-tab stop position. Nantinya jarak nada yang satu ke nada berikutnya tinggal memakai tombol tab (tidak pakai spacebar), dan dijamin rapi. Jarak antar posisi tab stop bisa diatur sesuai teks yang hendak diketik atau berdasar selera. Contoh default sheet dengan tab stop position yang rapi bisa anda download di sini. Contoh terbaru yang sudah menggunakan cara ini adalah teks Oculi Omnium dan Mengasih Maria.

Bagaimana dengan garis-garis birama dan legato? Kalau saya memakai menu shapes yang sudah ada di Word. Hehehe.

Akhir kata, terus terang saja saya agak kesulitan membuat panduan seperti ini yang benar-benar jelas, karena memang susah. Saya bisa seperti ini dalam menulis karena terbiasa, istilahnya learning by doing. Bila anda menemui kesulitan, jangan segan untuk bertanya.



Pengikut