21 Oktober 2010

MENYIAPKAN MISA LINGKUNGAN

Misa Lingkungan seringkali dipandang sebagai sebuah kegiatan wajib belaka, sehingga kerap kali tidak disiapkan dengan baik. Padahal misa Lingkungan bila disiapkan dengan baik dapat bermanfaat untuk memupuk iman lebih dalam lagi bagi umat basis.

Dalam mempersiapkannya pun, umat dapat belajar untuk saling bekerja sama, saling menghargai, dan terutama belajar untuk lebih mencintai Ekaristi. Dengan umat yang lebih sedikit, imam yang memimpin perayaan dapat menyapa umat lebih dekat lagi dalam doa dan homili sehingga lebih mengena bagi mereka yang hadir.

Apa saja yang perlu disiapkan dalam menyelenggarakan misa di lingkungan? Lewat tulisan ini saya akan berusaha menjawab. Dalam misa apapun dan dimanapun, sebuah misa pasti memiliki faktor-faktor penunjang perayaan:

  1. Para pelayan
  2. Tempat pelaksanaan dan peralatan misa
  3. Bacaan dan homili
  4. Rumus Misa dan Doa-doa
  5. Nyanyian-nyanyian
  6. Faktor lain.

Berikut ini adalah penjabarannya sehubungan dengan Misa Lingkungan :

1. PARA PELAYAN

Pelayan utama dalam sebuah misa adalah pemimpin perayaan yaitu imam. Misa tidak dapat berlangsung tanpa kehadiran seorang imam. Misa lingkungan kadang diadakan bersamaan kunjungan romo paroki ke lingkungan, sehingga umat lingkungan tidak bisa memilih romo sendiri. Dalam kesempatan lain seperti misa pemberkatan rumah, misa arwah, atau misa dalam ujud tertentu, umat lingkungan dapat meminta romo manapun. Namun demikian hendaknya diprioritaskan romo paroki karena merekalah yang diserahi tugas oleh Uskup untuk menjadi gembala di paroki. Sangat penting untuk meminta persetujuan romo paroki jika ingin meminta romo selain romo paroki.

Selain itu juga ada pelayan lain untuk menunjang kelancaran misa di lingkungan. Pada tempat pertama adalah Lektor yang kepada mereka telah diberikan tugas untuk membaca Sabda Allah dalam perayaan Ekaristi. Memberikan tugas membaca Sabda Allah kepada Lektor, adalah langkah pertama untuk lebih mencintai Sabda Allah yang dihidangkan dalam perayaan Ekaristi. Bila di lingkungan tidak ada Lektor, tugas ini dapat diberikan kepada orang lain yang paling cakap membaca, dan harus disiapkan dengan baik jauh hari sebelumnya, tidak ditunjuk tepat sebelum misa dimulai.

Juga diperlukan seorang pemandu nyanyian, yang bisa ditugaskan kepada warga yang paling terampil menyanyi. Ia tidak harus menjadi dirigen yang mengaba-aba dengan tangan. Bisa menyanyikan lagu dengan baik dan benar sudah lebih dari cukup sehingga umat yang lain bisa mengikutinya.

Tidak semua lingkungan memiliki organis. Jika punya, sebaiknya mereka menjalankan tugasnya. Misa lingkungan dapat juga dijadikan sarana “uji coba” bagi calon organis yang belum berani tugas misa minggu di gereja. Walaupun uji coba tentu juga harus disiapkan dengan baik supaya tidak malah mengganggu kekhidmatan misa.

Kaum muda dan anak-anak bisa dilibatkan sebagai pembaca doa umat. Tugas membaca doa umat bisa diberikan kepada siapa saja di antara umat beriman sehingga kaum muda dan anak-anak pun boleh membaca doa umat.

Mereka juga bisa dilibatkan sebagai pengantar persembahan. Walaupun jarang dilakukan dalam misa lingkungan, mengantar persembahan bukanlah tidak mungkin dilakukan. Bahan persembahan adalah roti dan anggur, serta kolekte.

Kalau umat yang hadir cukup banyak, juga diperlukan prodiakon. Tugas utama prodiakon adalah membantu imam membagi komuni jika umat yang hadir terlalu banyak sehingga kalau imam sendirian membagi komuni dikhawatirkan prosesi komuni memakan waktu yang cukup lama. Maka, jika umat yang hadir tidak terlalu banyak, tidak diperlukan prodiakon. Jika memungkinkan, memang sebaiknya Komuni Kudus diterima dari tangan imam.

2. TEMPAT PELAKSANAAN DAN PERALATAN MISA

Untuk melaksanakan sebuah perayaan tentu memerlukan tempat yang bisa menampung umat yang hadir. Idealnya semua umat dapat melihat imam dan altar tempat perjamuan dilangsungkan. Makanya gereja selalu dibangun dengan bentuk yang mendukung kondisi itu. Yang ideal ini terkadang sulit dilakukan di misa lingkungan yang kadang-kadang tempatnya digilir di antara warga lingkungan. Maka perlu dipertimbangkan beberapa hal.

Untuk menyelenggarakan misa diperlukan sebuah meja sebagai altar. Altar ini harus ditutupi kain putih polos dengan dua buah lilin di atasnya dan sebuah salib dengan sosok Yesus tersalib. Bila kebetulan pada hari itu dirayakan pesta atau hari raya, dapat dipasang empat buah lilin. Karena meja altar adalah tempat suci, maka yang tidak berhubungan langsung dengan perjamuan seperti hiasan bunga hendaknya tidak diletakkan di atas meja altar. Hiasan bunga dapat diletakkan di sekitar meja altar dan bukan di atasnya.

Meja altar sebaiknya diletakkan pada posisi dimana umat paling mudah melihat imam. Jika tidak mungkin semuanya melihat, paling tidak posisi itu yang paling memungkinkan sebanyak mungkin umat dapat melihat. Hal ini sehubungan dengan sebuah tindakan liturgis, dimana imam menunjukkan Tubuh dan Darah Kristus saat konsekrasi kepada umat, dan umat memandangnya.

Peralatan misa (piala, sibori, tempat anggur) dan bahan persembahan (hosti dan anggur) biasanya disiapkan oleh romo yang memimpin perayaan. Bila tidak, dapat minta ke koster gereja untuk minta disiapkan.

Apabila tempat misa dilangsungkan cukup besar dan umat yang hadir juga cukup banyak, diperlukan sound system. Misa adalah perayaan iman jemaat, sehingga setiap detail doa, nyanyian, bacaan dan homili, sebaiknya dapat dilihat dan didengar setiap umat yang hadir. Jangan sampai ada umat yang sama sekali tidak bisa mendengar apa yang sedang berlangsung karena mereka memiliki hak untuk merayakan Ekaristi, dan adalah kewajiban penyelenggara untuk memenuhi hak tersebut. Kalau karena tempat tidak semua umat bisa melihat, jangan sampai mereka juga tidak bisa mendengar.

Bila diadakan pemberkatan rumah diperlukan air suci dan hisop untuk pemercikan. Air suci dapat dipakai air putih biasa dan diberkati oleh imam, sedangkan hisop bisa pinjam gereja atau prodiakon kadang juga punya. Air suci dan hisop juga bisa dipakai bila digunakan pemercikan (asperges me) sebagai pengganti seruan tobat.

Dalam tradisi liturgi juga dikenal bel sebagai penanda turunnya Roh Kudus saat konsekrasi. Alangkah baiknya jika setiap lingkungan punya bel sendiri yang dapat digunakan saat misa. Tidak perlu bel yang besar seperti di gereja, cukup bel dengan satu bandul saja seperti penjual es keliling. Umat yang pernah jadi misdinar pasti tahu cara pemakaiannya. Selain itu dalam misa arwah pada hari pemakaman, juga diperlukan wiruk/turibulum untuk mendupai jenazah. Biasanya hanya gereja yang punya alat ini, namun tidak ada salahnya lingkungan atau wilayah punya alat ini.

3. BACAAN DAN HOMILI

Penyelenggara misa di lingkungan juga perlu tahu kalender liturgi yang memuat bacaan harian sepanjang tahun. Biasanya misa lingkungan menggunakan pemilihan bacaan dari kalender liturgi. Dalam kesempatan khusus seperti pemberkatan rumah atau peringatan lainnya bisa menggunakan bacaan yang dipilih sendiri. Baik menggunakan bacaan dari kalender liturgi maupun memilih sendiri, harus sepersetujuan romo yang memimpin perayaan.

Salah satu bagian pokok dari Liturgi Sabda yang sering dihilangkan dengan semena-mena adalah Mazmur Tanggapan. Rumus bacaan di kalender liturgi selalu memuat mazmur tanggapan, sehingga harus dibacakan atau dinyanyikan, dan tidak boleh diganti dengan lagu atau bacaan lain. Bila memilih bacaan sendiri, pada bagian ini dapat dinyanyikan lagu di puji syukur yang teksnya diambil dari mazmur seperti PS 646, 677, 568, dll.

Homili utamanya bermanfaat untuk menguraikan isi bacaan pada hari itu dan mengaitkannya dalam hidup sehari-hari. Terkadang di umat basis sedang ada kondisi khusus misalnya perpecahan atau perdamaian, pengurus lingkungan juga dapat meminta romo untuk berhomili terkait kondisi tersebut.

4. RUMUS MISA DAN DOA-DOA

Rumus misa terkait dengan bagian-bagian yang tetap, yang selalu ada pada setiap misa.

Ada bagian-bagian yang harus mengikuti ketentuan dan tidak boleh membuat baru: seruan tobat memilih dari beberapa cara yang ada, kemuliaan dinyanyikan pada hari minggu dan hari raya, syahadat pada hari minggu dan hari raya, prefasi dan doa syukur agung memilih dari yang sudah ada.

Ada pula bagian yang dapat dibuat baru oleh imam namun seturut hakekatnya adalah doa pemimpin, sehingga hanya imam yang mengucapkannya sedangkan umat menghayatinya dan menyetujuinya lewat seruan “Amin”, yaitu : doa pembukaan, doa persiapan persembahan, doa damai, dan doa sesudah komuni. Pengurus lingkungan bisa meminta imam memasukkan dalam doa-doa ini ujud khusus menyangkut lingkungan tersebut, supaya lewat doa-doa ini umat merasa tersapa secara lebih khusus.

Doa umat sebaiknya disiapkan oleh pengurus lingkungan dan tidak spontanitas umat. Perlu dimasukkan ujud bagi kepentingan Gereja (Bapa Suci, Uskup dan para imam), kepentingan negara, dan kepentingan umat setempat. Ujud bagi kepentingan umat setempat dapat dimanfaatkan untuk mendoakan orang-orang tertentu di lingkungan tersebut, seperti mohon kesembuhan, syukur atas ulang tahun, lulus kuliah, dll. Namun hendaknya ujud-ujud khusus itu dibuat ringkas sehingga tidak makan terlalu banyak waktu.

5. NYANYIAN-NYANYIAN

Karena misa adalah perayaan Gereja, maka perlu mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Gereja, diantaranya menggunakan lagu yang telah disahkan atau yang syairnya berasal dari Kitab Suci dan sumber-sumber liturgi. Pemilihan nyanyian perlu dilakukan dengan cermat, sesuai dengan tema dan bacaan pada hari itu, sehingga nyanyian benar-benar menunjang keseluruhan perayaan. Maka, untuk pemilihan nyanyian pada tempat pertama diambil dari Puji Syukur sebagai buku resmi yang disahkan KWI. Dalam misa dengan sedikit umat, sangat penting untuk melibatkan seluruh yang hadir untuk ikut menyanyi.

Lagu-lagu untuk misa adalah: Lagu Pembukaan, Tuhan Kasihanilah Kami, Kemuliaan (saat hari raya), Mazmur Tanggapan (bukan lagu antarbacaan), Bait Pengantar Injil, Lagu Persembahan, Kudus, Bapa Kami, Anakdomba Allah, Lagu Komuni, dan Lagu Penutup.

Sekali lagi, Mazmur Tanggapan adalah bagian pokok dari Liturgi Sabda yang tidak dapat dihilangkan atau diganti dengan lagu lain. Sehingga untuk bagian itu jika tidak dinyanyikan, menggunakan yang ada di kalender liturgi. Bila ingin dinyanyikan dapat melihat indeks di buku Mazmur Tanggapan Dan Alleluya.

6. FAKTOR LAIN

Latihan

Dalam rangka menyiapkan misa minggu, para petugas pastilah menyiapkan diri dengan latihan-latihan supaya dapat memberikan yang terbaik saat tugas nanti. Dengan demikian perayaan dapat berjalan lancar dan semua yang hadir terbantu dengan pelayanan yang diberikan para petugas.

Begitu pula misa di lingkungan, bila para petugas mempersiapkan diri dengan latihan-latihan tentu juga akan bisa memberikan yang terbaik. Petugas yang memerlukan latihan terutama adalah Lektor dan Pemandu Nyanyian. Agar bisa menyampaikan Sabda Allah dengan baik, seorang lektor dituntut dengan latihan yang baik pula.

Demikian juga pemandu nyanyian perlu menyiapkan diri, jangan sampai ia yang ditunjuk untuk memandu nyanyian malah kurang lancar menyanyikan, tentu yang seperti ini bisa malah mengganggu. Bila perlu dibuat kor kecil beranggota 5-7 orang sebagai pemandu nyanyian. Mereka yang nanti menjadi “motor” dalam setiap nyanyian. Kor kecil ini akan berfungsi maksimal bila melakukan latihan-latihan. Sebelum misa dimulai juga sebaiknya umat dilatih menyanyikan beberapa atau seluruh lagu.

Latihan juga bisa diadakan bagi pembaca doa umat, dan pengantar persembahan (bila ada), terutama jika petugas-petugas itu adalah anak-anak yang belum biasa terlibat dalam tugas-tugas liturgi.

Suasana Doa

Karena diadakan di rumah, suasana doa bisa tidak tercipta dengan kondusif, mengingat rumah memang bukan tempat doa seperti gereja. Oleh karena itu suasana doa perlu diciptakan dengan baik. Hindari kesibukan menyiapkan makanan ketika umat tengah bersiap mengikuti misa.

Sediakanlah waktu sekitar 15-30 menit sebelum misa dimulai untuk membawa umat ke dalam suasana doa. Waktu ini bisa diisi dengan latihan lagu yang akan dinyanyikan, informasi terkait tata gerak, dan terutama melalui doa.

Pendidikan Liturgi

Misa lingkungan bisa dijadikan sarana efektif untuk memberikan pendidikan liturgi karena diikuti sedikit umat. Para katekis, pengurus lingkungan dan prodiakon dapat memberikan petunjuk singkat sebelum misa atau pada pertemuan sebelum hari misa, tentang segala kebiasaan umat yang tidak sesuai dengan kaidah liturgi.

Misalnya yang masih sering terjadi, umat tidak membungkukkan badan saat Aku Percaya pada bagian “yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria.”; juga pada saat Doa Damai dimana umat masih mengucapkan bagian “Tuhan Yesus Kristus jangan memperhitungkan dosa kami dst” yang seharusnya hanya diucapkan oleh imam; juga untuk melatih umat memberikan salam damai hanya pada orang di kiri-kanan, depan-belakang saja dan tidak berjalan kesana kemari.

Kolekte

Kolekte adalah sumbangan umat untuk keperluan Gereja dan bagi kepentingan orang miskin. Dalam konteks misa lingkungan, dapat dipersembahkan dana yang dikumpulkan dari umat untuk kepentingan sosial tertentu, misalnya membantu warga yang kebanjiran, memberikan modal usaha bagi orang miskin, dll.

Anak-anak dan kaum muda juga bisa dilatih untuk mengumpulkan uang secara teratur untuk disumbangkan kepada orang miskin. Uang yang dikumpulkan ini akan bernilai rohani bagi mereka jika dipersembahkan kepada Tuhan pada saat kolekte di misa lingkungan. Anak-anak tentu akan merasa bangga bila usaha mereka diberi arti sebagai persembahan umat kepada Tuhan.

KESIMPULAN

Demikian artikel ini saya tuliskan untuk membantu siapa saja yang pernah, masih, atau akan terlibat dalam kepengurusan lingkungan yang pasti suatu saat akan berhubungan dengan pelaksanaan misa di lingkungan. Dalam persiapan, harus dikedepankan komunikasi antara semua yang terlibat, khususnya dengan romo yang memimpin perayaan.

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Pengikut